-->

  • RPP Kelas X
  • RPP Kelas XI
  • RPP Kelas XII
  • Artikel PKN
  • Artikel IPS
  • Artikel Kesehatan
  • Artikel Facebook
  • 9/14/2012

    Artikel IPS tentang teori konflik

    Artikel IPS tentang teori konflik

    1). Teori kebutuhan manusia
    Pada teori kebutuhan manusia berasumsi bahwa konflik yang berakar dalam disebabkan oleh kebutuhan dasar manusia, mental, dan sosial yang tidak terpenuhi atau yang dihalangi.

    2). Teori identitas
    Teori identitas berasumsi bahwa konflik dapat terjadi karena disebabkan oleh identitas yang terancam yang seringkali berakar pada hilangnya sesuatu atau penderitaan pada masa lalu yang tidak dapat terselesaikan.

    3). Teori kekerasan
    Dan semua teori kekerasan, teori kekerasan struktural dari Johann Galtung. seorang kriminolog dan seorang polemolog dari Norwegia, teorinya bertalian dengan kekerasan yang paling menarik yakni : "Geen geweld is fnuikender dan het gerechtvaardig geweld".

    Herman Bianchi dalam pengulasan dan penganalisisan lebih lanjut sampai pada kesimpulan bahwa teori kekerasan struktural pada hakikatnya adalah teori kekerasan sobural, akronim dari (nilai-nilai) sosial, (aspek) budaya, dan (faktor) struktural dalam masyarakat.

    Kekerasan struktural merupakan kekerasan tidak langsung yang bukan berasal dari orang tertentu, tetapi yang telah terbentuk dalam suatu sistem sosial tertentu. Jadi, jika seseorang berkuasa atau memiliki harta kekayaan berlimpah, maka akan selalu ada kecenderungan untuk melakukan kekerasan, kecuali jika ada hambatan yang jelas dan tegas.

    Teori yang membahas tentang konflik antara lain :

    Dalam sosiologi, teori konflik yang berdasar pada asumsi dasar, yakni masyarakat atau organisasi berfungsi sedemikian rupa di mana individu dan kelompoknya berjuang untuk memaksimalkan keuntungan yang diperolehnya secara tak langsung dan tak mungkin dihindari adalah perubahan sosial yang besar, seperti revolusi dan perubahan tatanan politik. Teori konflik ini secara umum berusaha memberikan kritiknya pada fungsionalisme yang meyakini bahwa masyarakat dan organisasi memainkan peran masing-masing seperti halnya organ-organ dalam tubuh makhluk hidup.

    Singkatnya, sedikitnya ada empat hal yang penting dalam memahami teori konflik sosial, antara lain:

    1). Kompetisi
    Dasar interaksi manusia bukanlah konsensus seperti yang ditawarkan teori fungsionalisme, namun dasar interaksi manusia lebih kepada kompetisi.

    2). Ketidaksamaan struktural
    Ketidaksamaan struktural merupakan ketidaksamaan dalam hal perolehan yang didapatkan dalam struktur sosial.

    3). Individu dan kelompok yang ingin mendapatkan keuntungan dan berjuang untuk mencapai revolusi.

    4). Perubahan sosial
    Perubahan sosial terjadi sebagai hasil dari keinginan (interest) yang saling berkompetisi bukan sekadar adaptasi. Perubahan sosial sering terjadi secara cepat dan revolusioner.
    Dalam perkembangannya, teori konflik Mills, Dahrendorf, dan Coser berusaha disusun sintesisnya oleh sosiolog Amerika lain, Randall Collins, yang berusaha menunjukkan dinamika konflik interaksional.

    Menurut Collins, struktur sosial tidak mempunyai eksistensi objektif yang terpisah dari pola-pola interaksi yang selalu berulang-ulang dalam sistem sosial, tetapi struktur sosial memiliki eksistensi subjektif dalam pikiran individu yang menyusun masyarakat. Dalam hal ini, Collins mulai membagi apa yang mikrososial dan apa yang makrososial. Mikrososial berarti hubungan interaksi antarindividu dalam masyarakat, sedangkan makrososial berarti hasil dari interaksi antarindividu dalam masyarakat tersebut.

    Teori Collins sangat dipengaruhi oleh pendahulunya dalam teori konflik, serta pemikiran teori kritis, fungsionalisme, dan teori pertukaran sosial. Salah satu contoh yang menarik adalah pendapatnya tentang alat produksi mental, misalnya pendidikan dan media massa, serta alat produksi emosional, seperti tradisi dan ritualisme sosial. Misalnya semakin besar kepercayaan akan senjata-senjata mahal yang dipegang oleh suatu Kelompok, semakin besar pula tentara mengambil bentuk hierarki komando. Di sisi lain, semakin besar persamaan dalam kelompok yang disatukan secara seremonial, semakin besar pula kecenderungan agama menekankan ritus-ritus partisipasi massa dan ideal persaudaraan kelompok. Dalam hal ini, seolah-olah tercapai pertemuan antara teori struktur-fungsionalisme, teori konflik, dan interaksionisme simbol.

    You Might Also Like:

    Disqus Comments